Mu’awiyah Sosok Mujahid dan Tokoh Besar Futuhat Islamiyah (Perluasan wilayah islam),

     Ini keutamaan lain Mu’awiyah bin Abu Sufyan t yang lembut namun tegas dan kokoh dalam memegang Al-Haq. Tidak ada yang melupakan atau mengingkari keutamaan ini melainkan mereka yang jahil, tidak mengerti tarikh islam, atau telah dipenuhi hatinya dengan kedengkian pada shahabat Rasulullah saw.

    Wilayah islam sepeninggal Al-Khulafah Ar-Rasyidin sangat luas, sementara rongrongan musuh-musuh Allah demikian kuat dari dalam dan luar. Kita tidak bisa lupa fitnah besar yang berakibat syahidnya Utsman bin Affan Ra demikian pula  Ali bin Abi Thalib rodhiyallohu ‘anhu, bermunculan pula pada masa itu firqah-firqah sesat seperti Khawarij, Rafidhah, Qadariyah dan lainnya.

   Tugas besar menanti di hadapan Mu’awiyah bin Abi Sufyan rodhiyallohu ‘anhu: Pertama: Beliau harus menstabilkan kondisi daulah yang diliputi fitnah, Kedua: Beliau harus mempertahankan wilayah islam dari rongan-rongan musuh Ketiga:  Melanjutkan risalah jihad menyebarkan islam, mendakwahkan islam, memperluas daerah islam, mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid. Semua itu –walhamdulillah- ditunaikan dengan baik, fitnah-fitnah redam, rong-rongan musuh islam dihentikan dan wilayah islam juga meluas bersama dengan meluasnya dakwah tauhid.

   Sebagai seorang ahli strategi, Mu’awiyah bin Abi Sufyan t  segera melakukan perapian pasukan perang. Beliau bagi pasukan menjadi dua. Pasukan yang berperang di musim dingin dan pasukan yang berperang di musim panas, Dengan demikian perluasan wilayah pun berlanjut dan berkesinambungan.

   Negeri Persia berusaha melepaskan dirinya dari Jizyah yang harus dibayarkan. Mereka mulai membuat fitnah pada masa pemerintahan Muawiyah t untuk memerangi hukum islam. Pasukan Mu’awiyah t pun harus menghadapi ancaman fitnah ini dan memadamkannya, perjalanan perjuangan perluasan negeri dilanjutkan ke arah timur. Sungai Jaihun (Amudarya) diseberangi, sehingga terbukalah wilayah Bukhara, Samarkand dan Turmudz.

Pada waktu yang bersamaan, kerajaan Romawi juga melakukan rangkaian penyerangan untuk mempersempit wilayah islam, yaitu dengan menyerang wilayah barat laut. Oleh karena itu Mu’awiyah ra mempersiapkan armada laut yang berkekuatan 1.7000 kapal. Pasukan marinir yang besar ini, dengan izin Allah ta’ala berhasil menaklukan wilayah Ciprus dan Rudis, serta kepulauan lainnya yang masuk dalam wilayah kerajaan Romawi.

Pembaca, sejenak kita melihat ke belakang, membuka lembaran sejarah pembentukan pasukan laut. Dahulu tidak pernah terbayang bahwa para shahabat akan berperang di tengah lautan. Namun sabda Rasulullah saw menyingkap tirai ghaib bahwa ummat ini akan berperang di atas lautan.

Jasa Mu’awiyah bin Abi Sufyan t dalam pembentukan angkatan laut tidak bisa dilupakan dalam tarikh islam, pembentukan pasukan marinir pertama terwujud di zaman Utsman bin Affan t. Saat itu Muawiyah menjabat gubernur Syam, Muawiyah diberi kepercayaan penuh memimpin pasukan laut bahkan Utsman bin Affan t memerintahkan Muawiyah untuk membawa serta istrinya –Fahitah bintu Qaradzah- berperang di atas laut untuk membuktikan keberanian, kesiapan dan tanggung jawab Muawiyah membawa pasukan kaum muslimin.

Keutamaan Mu’awiyah t ini tampak dalam hadits Rasulullah shalalllohu ‘alaihi was salam ketika menyebutkan ummatnya akan berperang di laut.

Anas bin Malik berkata: Rasulullah saw. pernah menemui Ummu Haram binti Milhan lalu beliau disuguhi makanan olehnya. Saat itu Ummu Haram adalah istri Ubadah bin Shamit Ra. Suatu hari Rasulullah datang menemuinya lalu disuguhi makanan, kemudian wanita itu duduk sambil mencarikan kutu kepala beliau hingga tertidurlah Rasulullah saw. Tiba-tiba beliau terbangun dan tersenyum. Ummu Haram bertanya: Apakah yang membuat engkau tersenyum, wahai Rasulullah? Rasulullah shalalllohu ‘alaihi was salam. menjawab: Beberapa orang dari umatku diperlihatkan kepadaku mereka sedang berperang di jalan Allah dengan menaiki kapal di tengah lautan sebagai raja-raja yang duduk diatas dipan-dipan atau seperti raja-raja yang  duduk di atas dipan-dipan, – perawi ragu antara keduanya -. Ummu Haram berkata: Wahai Rasulullah, mohonkan kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk dalam golongan mereka. Lalu beliau mendoakannya dan segera meletakkan kepalanya lagi lalu tertidur kembali. Ketika terbangun, beliau tersenyum lagi. Dia berkata: Aku bertanya lagi: Apakah yang membuat engkau tersenyum, wahai Rasulullah? Rasulullah shalalllohu ‘alaihi was salam. menjawab: Beberapa orang dari umatku diperlihatkan kepadaku mereka sedang berperang di jalan Allah (seperti yang beliau sabdakan tadi). Ia berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk dalam golongan mereka. Rasulullah shalalllohu ‘alaihi was salam. bersabda: Kamu termasuk orang-orang yang pertama. Kemudian berlayarlah Ummu Haram pada zaman Mu`awiah, namun ketika hendak keluar dari kapal ia pun terjatuh dari hewan tunggangannya sehingga wafatlah ia. (Shahih Muslim No.3535)

Al Bukhari meriwatkan dalam Shahihnya (6/102 no 2924 bersama dengan Fathul Bari) dari Ummu Haram Al-Anshariyah Ra ia mendengar Rasulullah saw bersabda:

أولُ جيشٍ من أُمَّتي يَغزون البحر قد أَوجَبوا”. قالت أم حَرَام: قلت: يا رسول الله، أنا فيهم؟ قال: “أنتِ فيهم”. ثم قال النبي صلى الله عليه وسلم: “أولُ جَيشٍ من أُمَّتي يَغزون مدينة قَيصرَ مغفورٌ لهم”. فقلت: أنا فيهم يا رسول الله؟ قال: “لا”.

Pasukan perang pertama dari ummatku berperang di atas lautan sungguh telah wajib atas mereka (yakni mereka melakuan amalan besar yang mengantarkan kepada Al-Jannah). Berkata Ummu Haram: Wahai Rasulullah, apakah aku bersama dengan mereka (pasukan pertama yang berperang di atas laut)? Rasulullah bersabda: “Engkau termasuk mereka” Kemudian Rasulullah bersabda kembali: “Pasukan perang pertama umatku yang memerangi kota Kaisar (Yakni Konstantinopel) mereka diampuni dosanya. Maka aku berkata: Apakah aku bersama mereka wahai Rasulullah? Beliau  bersabda: Tidak.

Berkata Muhallab bin Abi Shufroh (435 H): Dalam hadits ini ada keutamaan Mu’awiyah, sebab beliaulah orang pertama yang berperang di atas laut, sekaligus keutamaai putranya Yazid, karena ia pertama yang memerangi kotanya Kaisar. (Dinukilkan Ibnu Hajar datam Fath)

Berkata Az-Zubair bin Abu Bakr: Mu’awiyah membelah lautan, berperang bersama kaum muslimin di zaman kekhilafahan Utsman menuju Qubrus, ikut dalam perang itu Ummu Harom istri Ubadah, ketika Ummu Harom mengendarai bighalnya keluar dari perahu ia terjatuh dan meninggal –seperti kabar Rasulullah shalalllohu ‘alaihi was salam – Ibnul Kalbi berkata: Perang yang dipimpin Muawiyah tersebut terjadi di tahun 28 H. Ibnu Baththal (5/9)

Di zaman pemerintahan Mu’awiyah pasukan laut diperbesar hingga semakin kokohlah kekuatan muslimin dan semakin tangguh dalam mempertahankan wilayah dan usaha futuhat. Walhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Bercerita tarikh perjuangan beliau membutuhkan lembaran yang banyak untuk menunaikan haknya namun yang sedikit ini semoga mengingatkan hati-hati yang lalai akan jasa generasi Shahabat Ra secara umum dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan  t secara khusus .

Wahai kaum muslimin, tidakkah kita timbang betapa buruknya mulut-mulut pendusta yang mencerca shahabat Mu’awiyah rodhiyallohu ‘anhu? Apa jasa mereka terhadap islam ? Demi Allah, jasa mereka tidak lain: ucapan-ucapan kotor yang membantu iblis dan balatentaranya untuk meruntuhkan Islam. Para pencela Mu’awiyah sesungguhnya kaki tangan Iblis.

Lihatlah kaum muslimin, betapa besar jasa Mu’awiyah rodhiyallohu ‘anhu. Lihat perjuangannya memimpin kaum  muslimin puluhan tahun, memadamkan api-api fitnah, mempertahankan wilayah islam, menegakkan jihad mengajak manusia memeluk agama Allah. Keamananpun terwujud, darah-darah kaum muslimin terjaga, ilmu Al-Qur’an dan As-Sunnah tersebar. Namun hanya manusia berakal sajalah yang bisa menimbang, adapun manusia semacam Rafidhah, hati mereka memang sudah dipenuhi kebencian kepada seluruh shahabat, istri-istri Rasululllah saw, dan agama yang mulia. Allahul Musta’an.

 

Komentar ditutup.